Pemberian Obat secara Subkutan

9:27 AM

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Peran obat secara umum adalah:
·         Untuk penetapan diagnosa
·         Untuk pencegahan penyakit
·         Menyembuhkan penyakit
·         Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
·         Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
·         Peningkatan kesehatan
·         Mengurangi rasa sakit
Pemberian obat dapat di lakukan dengan berbagai cara sesuai dengan tujuan penggunaan obat tersebut, yaitu:
1.    Oral
Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman.
2.    Sublingual
Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit.
3.    Inhalasi
Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus.
4.    Rektal
Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik.
5.    Pervaginam
Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, hanya saja obat dimasukkan ke vagina, langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur.
6.    Parenteral
Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran.
·         Intravena (IV)
Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena karena obat langsung masuk ke dalam vena, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya pendek (Joenoes, 2002).
·         Intramuskular (IM)
Pemberian obat secara intramusculer bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi.
·         Subkutan (SC)
Pemberian obat sub cutan lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinan dari kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi penyerapan, menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga difusi obat tertahan/diperlama.
7.  Topikal (lokal)
Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.

B.     Rumusan Masalah
·         Apakah pengertian dari pengobatan obat sub cutan ?
·         Apa sajakah penggolongan obat sub cutan ?
·         Dimana lokasi dilakukannya injeksi sub cutan ?
·         Apa saja prinsip yang digunakan dalam pengobatan  sub cutan ?
·         Bagaimanakah  prosedur pelaksanaan pada pengobatan sub cutan ?

C.  Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui pengertian dari pengobatan sub cutan.
·         Untuk mengetahui penggolongan obat sub cutan.
·         Untuk mengetahui lokasi dilakukannya injeksi sub cutan.
·         Untuk mengetahui prinsip yang digunakan dalam pengobatan sub cutan.
·         Untuk mengetahui prosedur pengobatan sub cutan.



BAB 2
ISI

2.1     Pengertian
Pemberian obat sub cutan adalah pemberian obat melalui injeksi (suntikan) ke area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Pemberian obat melalui subkutan biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Tujuannya adalah:
a.       Memasukkan sejumlah obat ke dalam jaringan subkutan di bawah kulit untuk di absorpsi.
b.      Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter.
c.       Pasien mendapatkan pengobatb  sesuai program pengobatan dokter.
d.      Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
e.       Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
f.       Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test)

2.2     Penggolongan Obat
            Tujuan  :
Untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yg terdiri dari :
·         obat bebas,
·         obat bebas terbatas,
·         obat wajib apotek,
·         obat keras,
·         psikotropika dan
·         narkotika.

Obat bebas
Obat bebas  dijual  di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dpt membeli dlm jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pd obat golongan ini relatif aman shg pemakainnya tdk memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yg tertera pada kemasan obat.  Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.
Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dgn lingkaran berwarna hijau dgn garis tepi berwarna hitam. Termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/  killer (parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tdk masuk dlm golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dlm obat tradisional (TR).
Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas  obat yg sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dpt dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dgn tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dgn garis tepi berwarna hitam. Seharusnya obat jenis ini hanya dpt dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yg memadai saat membeli obat bebas terbatas. Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik.
Obat keras
Golongan obat yg hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan ditandai dgn tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didlmnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Obat Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yg berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contohnya; Diazepam, Phenobarbital.
Obat Narkotika
Obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yg dpt  menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Contoh : Morfin, Petidin
Catatan : Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau OTC (over the counter).

Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6.
Obat keras atau dengan nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dgn resep dokter. OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yg dpt diberikan oleh apoteker pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek.

Berikut ini adalah obat yang bekerja di SSP :
·         Obat Analgetika dan Antipiretika :
Obat yg mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kasadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika.
·       ObatAntimigrain :
Obat yg mengobati penyakit berciri serangan-serangan  berkala dari nyeri hebat pada satu sisi
·       Obat Anti Reumatik :
Obat yg digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada sendi/otot, disebut juga anti encok.
·         Obat anestetik
1.      Anestetik Lokal
Obat yg merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pd kegunaan lokal dengan demikian dpt menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
2.      Anestetika Umum
Obat yg dpt menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yg bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
3.      Hipnotika
Obat yg dlm  dosis terapi dpt mempertinggi keinginan tubuh normal u/ tidur. Bila dosis rendah disebut sedativa (obat pereda/penenang)

·         Obat Anti Depresan :
Obat yg dpt memperbaiki suasana jiwa dpt menghilangkan atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yg tdk disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.
·         Neuroleptika :
Obat yg dpt  menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal.
·         Obat Antiepileptika :
Obat yg dpt  menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf yg ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan kesadaran.
·         Obat Antiemetika
Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yg disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.


2.3     Lokasi Injeksi Sub cutan
Diantara banyak jenis obat yang diberikan secara subcutan (tepat dibawah kulit) adalah vaksin,obat prabedah, narkotik, insulin, dan heparin. Area tubuh yang sering digunakan untuk injeksi subcutan adalah:
·         Lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu
·         Paha depan
·         Daerah sekitar umbilicus (abdomen)
·         Area scapula pada punggung bagian atas
·         Area ventrogluteal
·         Area dorsogluteal

2.4     Prinsip Injeksi Sub cutan

·         Bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau edema
·         Area kulit yang akan diinjeksi diregangkan
·         Injeksi dilakukan dengan sudut 45°
·         Lakukan aspirasi tidak boleh ada darah
·         Massage pada daerah injeksi setelah injeksi
·         Sebelum memberi obat,tanyakan riwayat pemberian obat sebelumnya, apakah pernah alergi dengan obat tertentu.
·         Bila pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat tertentu, tulis nama obat pada catatan alergi obat.
Prinsip pemberian obat dibagi menjadi 3,yaitu :

I.              Formulasi
Formulasi obat tergantung pada faktor-faktor :
·         Penghalang yang dapat dilewati oleh obat.
·         Keadaan saat obat akan digunakan.
·         Mendesaknya situasi medis.
·         Kestabilan obat.
·         Efek lintasan pertama.

II.              Cara pemberian obat :
Cara pemberian obat meliputi :
·         Oral ( PO ) : paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri.
·         Sublingual : absorpsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah.
·         Rektal (PR ): berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-muntah atau anak kecil

Cara pemberian obat secara tradisional/ parenteral ( sekitar saluran pencernaan ) :
·         Intravena ( IV ) : awitan ( onset ) kerjanya cepat karena obat disuntikkan langsung kedalam aliran darah.
·         Intramuskular ( IM ) : obat melalui dinding kapiler untuk memasuki aliran darah.
·         Subkutan ( SubQ,SC ) : obat disuntikkan dibawah kulit dan menembus dinding kapiler untuk memasuki aliran darah
·         Inhalasi : secara umum absorpsinya cepat.
·         Topikal : berguna untuk pemberian obat-obat lokal, khusus nya yang mempunyai efek toksik jika diberikan secara sistemik.
·         Transdermal : sedikit obat-obatan yang dapat diformulasikan sedemikian sehingga “ koyo “ yang berisi obat tersebut ditempelkan kekulit.

III.              Regimen Dosis
Tiga regiman dosis yang umum diperbandingkan :
Dosis tunggal :
§  Plasma : konsentrasi obat dalam plasma meningkat saat obat didistribusikan kedalam aliran darah, kemudian turun saat obat didistribusikan ke jaringan, dimetabolisme, dan di eskresi.
§  Oral : obat yang diberika secara oral mencapai konsentrasi plasma puncak lebih lambat dari pada obat yang diberikan secara intra vena.
§  Infus kontinu ( IV ) : keadaan stabil ( keseimbangan ) konsentrasi obat dalam plasma di capai setelah infus kontinu selama 4-5 waktu paruh.
§  Dosis intermiten : sebuah obat harus diberikan selama 4-5 waktu paruh sebelum tercapai keadaan stabil ( keseimbangan )
§  Puncak adalah nilai-nilai tinggi pada fluktuasi. Efek toksik paling mungkin terjadi selama konsentrasi puncak obat.
§  Lembah adalah nilai-nilai rendah pada fluktuasi. Kurangnya efek obat paling mungkin terjadi selama konsentrasi lembah obat.

Berikut ini yang dimaksud waktu paruh, ialah :
·         Waktu paruh adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh konsentrasi suatu obat dalam plasma untuk turun menjadi 50% setelah penghentian obat.
·         Waktu paruh distribusi ( t½α ) mencerminkan penurunan konsentrasi obat dalam plasma yang cepat saat suatu dosis obat didistribusikan diseluruh tubuh.
·         Waktu paruh eliminasi (t½β ) sering kali jauh lebih lambat, mencerminkan metabolisme dan ekskresi obat.
Kadar terapeutik obat dapat dicapai lebih cepat dengan memberikan dosis muatan yang di ikuti dengan dosis rumatan. Dosis rumatan adalah dosis awal obat yang lebih tinggi dari dosis-dosis selanjutnya dengan tujuan mencapai kadar obat terapeutik dalam serum dengan cepat. Dosis rumatan merupakan dosis obat yang mempertahankan konsentrasi plasma dalam keadaan stabil pada rentang terapeutik.
Regimen dosis ( cara, jumlah, dan frekuensi) pemberian obat mempengaruhi awitan dan durasi ( lama ) kerja obat. Awitan adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh suatu obat untuk mulai bekerja. Durasi adalah lamanya waktu suatu obat bersifat terapeutik.
Pada pemakaian injeksi subcutan untuk jangka waktu yang lama, maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.

2.5     Prosedur Injeksi Subcutan
Persiapan Peralatan
o   Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
o   Alat tulis
o   Sarung tangan 1 pasang
o   Vial atau ampul berisi obat yang akan diberikan
o   Spuit 2 ml dan jarum steril
o   Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
o   Kassa steril untul membuka ampul (bila diperlukan)
o   Plester
o   Bak instrumen
o   Bengkok

Prosedur Pelaksanaan
A.    Tahap PraInteraksi
·         Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
·         Mencuci tangan
·         Menyiapkan obat dengan benar (memasukkan obat dari vial atau ampul ke dalam tabung spuit dengan cara yang benar)
·         Mengeluarkan udara dari spuit injeksi
·         Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B.     Tahap Orientasi
·         Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
·         Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
·         Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C.     Tahap Kerja
·         Mengatur posisi pasien dalam posisi yang nyaman sesuai tempat injeksi (jangan keliru pasien; bantu pasien pada posisi dimana tempat akan dilakukan injeksi sehingga dapat rileks).
·         Memasang perlak dan alasnya
·         Membebaskan daerah yang akan di injeksi (usap dengan kapas alkoholdari tengah keluar secara melingkar)
·         Memakai sarung tangan
·         Membersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari arah dalam ke luar) biarkan kering
·         Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mengangkat cutan (kulit)
·         Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-jari pada area injeksi dengan telapak tangan menghadap ke arah samping atau atas untuk kemiringan 45° atau dengan telapak tangan menghadap ke bawah untuk kemiringan 45°
·         Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
·         Memasukkan obat ke dalam subcutan perlahan
·         Mencabut spuit dengan cepat dan hati-hati sambil menekan lalu usap dan massage pada area injeksi. Bila tempat penusukan mengeluaran darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan berhenti.
·         Membuang spuit ke dalam bengkok

d.   Tahap Terminasi
·         Melakukan evaluasi tindakan
·         Merapikan pasien
·         Membereskan alat-alat
·         Mencuci tangan
·         Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan




BAB 3
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Injeksi sub cutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Daerah yang lazim untuk injeksi sub cutan adalah lengan atas bagian luar, paha bagian depan, perut, area scapula, ventrogluteal dan area dorso gluteal.
Adapun prinsip yang harus diperhatikan pada pemberian obat sub cutan adalah sebagai berikut:
1.    Jangan memberikan ijeksi pada daerah yang nyeri, merah, pruritis atau edema
2.    Lokasi kulit yang akan diinjeksi harus diregangkan
3.    Injeksi dilakukan dengan sudut 45°
4.    Lakukan aspirasi, tidak boleh ada darah dalam spuit
5.    Massage pada daerah injeksi setelah dilakukan injeksi
6.    Sebelum memberi obat,tanyakan riwayat pemberian obat sebelumnya, apakah pernah alergi dengan obat tertentu.
7.    Bila pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat tertentu, tulis nama obat pada catatan alergi obat.
Pada pemberian injeksi sub cutan jangka lama, perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang bebeda. Jenis obat yang lazim diberikan secara sub cutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin dan heparin.

3.2       Saran            
3.2.1   Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami dan melakukan pemberian obat sub cutan secara benar dengan memperhatikan prinsip pada pemberian obat.
3.2.2    Bagi Institusi
Diharapakan agar lebih memahami bagaimana cara pemberian obat sub cutan dengan benar sehingga dapat menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan kepada mahasiswa.
3.2.3     Bagi Masyarakat
Diharapkan agar mengetahui dan memahami tentang pengobatan sub cutan.



DAFTAR PUSTAKA
v  Kusmiyati, Yuni. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
v  Retna, Eni A dan Tri Sunarsih. 2009. KDPK Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
v  Anief, Moh. Drs, Apt. Ilmu Farmasi. 1984. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Pemberian Obat secara Subkutan, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

1 komentar: